Jasa broker atau perantara di bidang properti baru tergarap 20-25 persen, dengan kawasan yang terkonsentrasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bali, Surabaya, Samarinda, dan Balikpapan.
"Untuk Jakarta, pemakaian jasa broker sudah meningkat marketnya. Tapi, penjual di daerah-daerah lebih memilih menjual langsung dengan pembelinya," kata Lukas Bong, Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) saat diskusi Being Broker Propert, Why Not? di Jakarta Convention Center, Jumat (11/2/2011).
Menurut Lukas, hal ini terjadi karena masih tertanam kalau penjual memakai jasa broker ia harus membayar komisi yang tinggi, sementara pembeli merasa harganya jauh lebih mahal apabila memakai perantara.
"Kami berusaha meyakinkan tidak seperti itu. Broker memiliki jaringan dan data yang luas. Jadi ketika jual rumah kalau pakai jasa broker tidak akan menunggu lama untuk laku," paparnya.
"Selain itu broker dengan pengetahuan dan kemampuannya mampu menjual area tanah yang tidak biasa bentuknya, misalnya bentuk tanah segitiga atau kipas. Itu bisa kita poles sehingga laku dijual," imbuh Lukas.
Lukas mengakui ketidakpercayaan masyarakat terhadap jasa broker karena banyak kasus penipuan yang merugikan penjual maupun pembeli. "Kasus penipuan itu banyak, mengaku broker lalu membawa uang pembeli. Karena itu harus jeli memilih jasa broker, kenali logo dan tanda pengenal atau cek ke Arebi untuk memastikan," ujar Lukas.
Sumber http://properti.kompas.com/index.php/read/2011/02/12/1911309/Jasa.Broker.Bidang.Properti.Baru.25.Persen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar