1. Latar belakang masalah
Aturan berpikir yang benar adalah inti dari kajian logika. Logika bisa digunakan sebagai alat untuk menguji, apakah berpikir seperti ini sudah benar? Ataukah berpikir yang seperti itu yang benar. Dalam perkara menguji aturan berpikir. Karena ‘tugas’ logika menangani hal-hal yang bersifat ‘aturan’ , maka logika juga bisa didefinisikan sebagai : ‘ Aturan yang mematok hukum-hukum berpikir untuk membedakan penalaran yang benar dari penalaran yang salah. Dari tugas itu, sekarang sudah menjadi lebih jelas bahwa logika tidaklah bertugas untuk mengukur dalamnya isi hati seseorang dan luasnya makna beberapa ayat-ayat dalam kitab suci yang abstrak. Karena tugas logika adalah untuk mengukur cara berpikir yang benar, kemudian timbul pertanyaan, apakah kalau cara berpikirnya sudah benar.
2. Fallacy ( Kesalahan )
Yang dimaksud Fallacy (Kesalahan) adalah pemikiran yang menyesatkan. Menyesatkan nampaknya benar, tetapi sebenarnya tidak. Pengertian kesalahan juga dapat diterapkan pada setiap aksi akal budi yang tidak sah karena sebenarnya kesalahan itu disebabkan tidak mematuhi hokum – hokum atau aturan pemikiran kesalahan dalam berfikir ialah kekeliruan penalaran yang disebabkan pengambilan kesimpulan yang tidak sahih dengan melanggar ketentuan – ketentuan logika atau susunan dan pengunaan bahasa serta penekanan kata – kata yang secara sengaja atau tidak pertautan atau asosiasi gagasan yang tidak tepat.
Menurut Sumarsono, seasat piker adalah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis, salah arah, menyesatkan, suatu gejala berpikir yang salah yang disebabkan pemaksaan prinsip – prinsip logika tanpa memperhatikan relevansinya. Kesesatan penalaran terdapat pada siapa saja bukan kesesatan dalam fakta – fakta, tetapi dari bentuk penarikan kesimpulan yang salah karena tidak dari premis – premis yang menjadi acuan.
2.1 Sumber kesesatan
Didalam logika deduktif, kita dengan mudah memperoleh kesesatan karena adanya kata – kata yang bersifat Homonim yaitu kata yang memiliki banyak arti dalam logika biasanya disebut kesalahan sematik (Ambiguitas) atau bahasa, adapun untuk menghindari ambiguitas dapat dengan berbagai cara misalnya menunjukan langsung adanya kesesatan sematik dengan mengemukakan konotasi sejati. Memilih kata yang arti tunggal, mengunakan wilayah pengertian yang tepat apakah universal atau partikuler. Dapat juga dengan konotasi subyek yang berlaku khusus atau objektif yang bersifat komprehensif. Kesesatan didalam logika dapat dikemukakan seperti prasangka pribadi, pengamatan yang tidak lengkap atau kurang teliti. Kesesatan juga terjadi pada hipotesis karena suatu hipotesis bersifat meragukan dan bertentangan dengan fakta. Tidak cukup perbedaan itu menjadikannya suatu kecenderungan homogen, masih pula terdapat kebersaman yang bersifat kebetulan. Kesesatan yang terjadi karena generalisasi yang tergesa – gesa atau analogi yang keliru.
a. Kesesatan bersifat sematik / bahasa
Sematik berkaitan dengan ilmu kata, yaitu bagaimana kejadian dan pengertian suatu kata. Ambiguitas berasal dari bahasa latin amb yang memiliki pengertian sekitar atau sekeliling, serta kata angere yang dapat diartikan suatu yang mendorong pikiran kesegala arah. Jadi secara sederhana ambiguitas berarti bahwa kata – kata itu mempunyai arti lebih dari satu atau juga disebut homonim.
a. Kekeliruan dalam bahasa
Ekuivokasi pemakaiankata/istilah yang sama dalam arti berlainan.
Amfigologi menggunakan kalimat yang berarti dua.
Kesesatan karena bahasa menurut soekadijo ada empat hal, yakni sebagai berikut :
1. kesesatan karena aksen atau tekanan
Dalam ucapan tiap kata – kata, ada suku kata yang diberi tekanan. Perubahan tekanan dapat merubah arti. Maka kurang perhatian terhadap tekanan ucapan akan mengakibatkan perbedaan arti dan kesesatan penalaran.
Contoh : Tiap pagi pasukan mengadakan apel. Apel itu buah. Jadi tip pagi pasukan mengadakan buah.
2. Kesesatan karena term ekuivok
Term ekuivok itu term yang mempunyai lebih dari satu arti. Kalau dalam satu penalaran terjadi pergantian arti dari sebuah term yang sama, terjadilah kesesatan penalaran.
Contoh : Sifat abadi adalah sifat ilhi adam adalah mahasiswa abadi. Jadi adam adalah mahasiswa yang bersifat abadi.
3. Kesesatan karena arti kiasan (metafora)
Kalau dalam suatu penalaran, sebuah arti kiasan disamakan dengan arti sebenarnya atau sebaliknya, terjadilah kesesatan karena arti kiasan.
4. kesesatan karena amfiboli
Amfiboli terjadi kalau konstruksi sebuah kalimat tiu sedemikian rupa sehingga artinya menjadi bercabang.
Contoh : Mahasiswa yang duduk diatas meja yang paling depan. Apa paling depan artinya bercabang.
b. Kekeliruan pembagian : yang benar pada seluruh bagian secara tersendiri, suatu golongan secara bersama maka benar pada setiap bagian secara tersendiri
c. Kekeliruan karena pikiran kacau
Mencampurkan hal yang kebetulan selalu benar pada hal benar pada keadaan tertentu.
b. Sah hanya dalam arti tertentu, tetapi kemudian di mutlakkan
c. ignoratio elnchi.menghindar dari persoalan dan membuat kesimpulan yang tidak berhubungan.
Biasanya lalu menggunakan cara – cara emosional.
Argument ad hominem, tidak memperhatikan masalah yang sesungguhnya dan menyerang orang atau pribadinya
Argument ad populum, sasaran kesalahan pada kelompok ,bukan masalahnya.
Argument ad misericordiam, seruan untuk membangkitkan belas kasihan.
Argument ad verecundiam, seruan untuk membangkitkan rasa malu.
Argument ad baculum, menggunakan kekuatan, ancaman, tekanan untuk memenangkan atau menyakinkan suatu hal.
Argument ad igorantion, suatu harus di terima karena tidak dapat di tujukan, tidak dapat di buktikan.
menyembunyikan fakta memilih –memilih fakta dan menyembunyikan segala yang melawan pendapat tersebut.
analogi palsu pemikiran analogi induktif tetapi terdapat perbedaan serius.
nonsequiter menganggap sesuatu kesimpulan muncul dari premis yang ada, padahal kenyataannya sama sekali tidak.
berbagai pertanyaan di anggap satu.
argumemt asikentio fakta tidak ada karena tidak adanya catatan tentang itu. sedikit memberhalalkan kewibawaan , pemberhalangan akal budi .
mengutip (quoting out of contest ) bentuk penyalagunaan kewibawaan.
mengutuk sumber tidak mau menerima segala sesuatu yang berasal dari suatu sumber.
kekeliruan serba konkret berambisi untuk membuat segalanya konkret supaya jelas. Tetapi lupa hal yang tidak konkret dan tidak dapat di konkretkan .
Adapun yang menjadi sebab kesalahan adalah antara lain :
Ketidak sempurnaan akal budi kita. Kemungkinan kesalahan pada dasarnya terletak pada keterbatasan akal manusia. Seperti kita lihat, sebab kesalahan bukan pada objek, melainkan pada subjek yang membuat keputusan. Akan tetapi dengan tambahan objek dapat memberi kesempatan untuk membuat keputusan yang salah.
Passi atau hawa nafsu manusia. Cinta diri secara alami kita tertarik pada kata – kata yang menyanjung atau membujuk diri kita atau sahabat kita secara priori kita memcampakkan hal – hal yang agak merehkan kita atau sahabat kita. Kita cepat percaya pada hal – hal yang cocok dengan pendapat atau prasangka kita. Dan dengan berani menampikkan segala yang melawan pendapat atau prasangka kita. Sekedar fakta atau ucapan sesuai dengan adapt kebiasaan atau kecenderungan, kesenagan kita sudah dianggap bukti yang memperkuat.
Pengaruh adat kebiasaan. Social conditioning pengaruh turun temurun, pengaruh lingkungan menjadi sumber kesalahan. Dan disini dapat kami katakan misalnya mengenai kesulitan mengajar orang yang baru mulai. kesulitan bukan karena mereka tidak tahu apa – apa meliankan karena mereka telah tahu demikian banyak ‘’yang sebenarnya tidak begitu’’
Nafsu ingin asli. Orang tidak mau melihat atau mendengarkan apa yang sudah dikerjakan dimasa lalu karena terburu nafsu karena ingin asli (orisinil). Seseorang melakukan hal ini disebabkan kecongkakannya, tidak mau tahu apalagi memanfaatkannya.
Kurang perhatian. Orang sering tidak atau kurang mencurhkan perhatian pada bahan yang ada, pada realitas yang ada.
Prasangka. Perlu diingat bahwa sesuatu tidak menjadi benar orang lebih banyak mengatakan begitu. Prasangka adalah keputusan yang diterima tampa pengujian yang semestinya. Prasangka berbeda dari pendapat yang jujur, prasangka selain kurang lebih irasional justru karena diterima atau dipegang tampa terlebih dahulu memeriksanya secara kritis. Prasangka merupakan semacam perebutan metal karena prasangka tidak memberi keserapan akal kita kebenaran sebagaimana mestinya.
Kehidupan moral yang tidak baik. Kebenaran itu erat sekali hubungannya dengan bentuk kehidupan yang bai. Orang vyang moralnya tidak baik akan menjadi buta akan kebenaran. Ada orang yang perilakunya y6ang tidak baik ‘’perlu’’ membantah atau menyingkirkan eksitensi tuhan sebab, apabila tuhan ada berarti ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pencuri tidak mudah insyaf mencuri itu perbuatan yang asosial, antisocial, dan sebagainya. Terhadap kebenaran manusia harus bersikap penuh homat dan bersifat rendah diri mau belajar
2.2 Jenis-jenis kesalahan
1. Kesalahan formal
a. Kesalahan karena menggunakn term.
Kesalahan berfikir karena menggunakn empat term dalam silogisme. Ini terjadi karena term penengah diartikan ganda, sedang patokan yang seharusnya terdiri dari tiga term, seperti : semua perbuatan menganggu orang lain diancam dengan hukuman.
b. Kesalahan karena kedua term tidak mencakup
Kesalahan karena tidak satupun dari kedua term penengah mencakup, seperti : Orang terlalu banyak belajar kurus. Dia kurus sekali karena itu tentulah ia rajin belajar.
c. Kesalahn karena menolak sebab
Kesalahan dalam silogisme hipotetika karena mengingkari sebab kemudian disimpulkan bahwa akibat juga terlaksana, seperti : jika permintaan bertambah maka harga naik. Nah, sekarang permintaan tidak bertambah, jadi harga tidak naik.
d. kesalahan karena tidak kosisten
Kesalahan berfikir karena tidak runtutnya pertanyaan yang diakui sebelumnya, seperti : Anggaran dasar organisasi kita sudah sempurna, kita perlu melengkapi beberapa fasal agar komplit.
2. Kesalahan informal
a. kesalahan membuat generalisasi yang terburu – buru
Kesalahan berfikir tergesa – gesa membuat generalisasi, mengambil kesimpulan umum dari kasus individual yang terlampau sedikit, sehingga kesimpilan yang ditarik melampaui batas lingkungannya.
b. Kesalahan karena memaksakan praduga
Kekeliruan karena menetapkan kebenaran suatu dugaan seperti : seorang pegawai datang kekantor dengfan luka goresan dipipinya. Seseorang menyatakan bahwa istrinyalah yang melukai, padahal goresan besi pagar.
c. Kesalahn karena mengunakan permasalahan
Kesalahan berfikir karena mengambil konklusi dan premis yang sebenarnya harus dibuktikan dahulu kebenarannya, seperti : Allah itu mesti ada karena ada bumi, disini orang yanmg membuktikan bahwa allah itu ada dengan dasar adanya bumi, tetapi tidak dibuktikan bahwa bumi adalah ciptaan allah.
D. Asas – asas pemikiran
Asas ini merupakan dasar yang terdalam dari setiap pemikiran dan pengetahuan selain menjadi dasar. Asas pemikiran juga merupakan asas yang dengan sendirinya terang sekali. [9]Yang dimaksud asas ialah sesuatu yang mendahului juga dapat dikatakan titik pangkal dari mana suatu muncul dan dimengerti. Sedang asas pemikiran adalah pengetahuan dari mana pengetahuan yang lain tergantung dan dimengerti. Juga disebut pengetahuan yang menunjukkan mengapa pada umumnya kita dapat menarik suatu kesimpulan.
Asas itu dapat dibedakan menjadi asas identitas, kontradiksi dan Asas yang mencukupi
a. Asas identitas
Asas ini merupakan dasar dari semua pemikiran. Asa ini nampak dalam pengakuan bahwa benda ini adalah benda ini dan bukan benda lainnya, atau benda itu adalah benda itu dan bukan benda lainnya.
b. Asas kontradiksi
Asa ini merupakan perumusan negatife dari asas identitas, dalam logika ini berarti mentaati asas identitas dengan menjauhi diri dari kontradiksi. Atau tidak boleh membatalkan atau memungkiri begitu saja sesuatu yang sudah diakui
c. Asas (alasan yang mencukupi)
Asa ini menyatakan bahwa sesuatu ada mempunyai alasan yang cukup untuk adanya. Bukan hanya sesuatu tetapi segala sesuatu mempunyai alas an yang cukup untuk adanya. Segala sesuatu tiu dapat dimengerti tetapi janganlah memperluas penerapan asas ini pada semua yang ada. Penerapan itu juga tidak boleh dikenakan pada suatu hanya satu saja.
E. Menghindari sesat pikir
Sesat pikir pada hakikatnya merupakan jebakan bagi proses penalaran kita seperti rambu – rambu lalu lintas yang dipasang sebagai peringatan bagi para pemakai jalan dibagian kecelakaan. [10]Maka rambu – rambu sesat pikir ditawarkan ,kepada kita agar jeli dan cermat terhadap berbagai kesalahan dalam menalar, juga supaya kita mampu mengindentifikasikan dan menganalisis kesalahan tersebut sehingga mungkin kita akan selamat dari penalaran palsu. Oleh karena itu untuk menghindari kekeliruan relevansi. Misalnya kita sendiri harus bersikap kritis terhadap setiap argumen. Dalam hal ini penelitian terhadap peranan bahasa dan penggunannya merupakan hal yang sangat menolong dan penting. Realisasi keluwesan dan keanekaragaman penggunaan bahasa dapat kita manfaatkan untuk memperoleh kesimpulan yang benar dari sebuah argumen. Sesat pikir karena ambiguitas kata atau kalimat terjadi secara sangat ‘’halus’’ banyak kata yang menyebabkan kita mudah tergelincir karena banyak kata yang memiliki rasa dan makna yang berbeda – beda. Untuk menghidari terjadinya sesat pikir tersebut, kita harus mengupayakan agar setiap kata atau kalimat memiliki makna yang tegas dan jelas. Untuk itu kita harus dapat mendefinisikan setiap kata atau term yang dipergunakan.
Gangguan berfikir
Kita perlu mengetahui beberapa gangguan pikiran yang menimbulkan penyelewengan berfikir.[4]
Beberapa gangguan berfikir antara lain :
Oligoprenia artinya tuna kecerdasan yang berasal dari kata oliges ’’sedikit’’ dan phren ’’jiwa, pikiran. Penderita oligoprenia dilahirkan dengan bekal – bekal yang terbatas, dan perkembangan intelektual terbatas pula.
Idiota, ketunaan yang terberat, terdapat tanda – tanda tidak ada kemampuan memenuhi hidup sendiri, sukar mengembangkan diri.
Imbesila, dungu, lebih ringan dari idiot. Orang yang imbesila dapat mandi sendiri, makan sendiri hanya tingkat perkembangan terbatas.
Debilita, tolol, moron, lemah kemampuan. Kemampuannya mendekati orang yang normal, namun taraf kemajuan yang dapat dicapai masih sangat terbatas.
Demensia, mula – mula penderita mengalami perkembangan normal, tetapi sebab perkembangan terhenti dan mengalami kemunduran yang mencolok.
Delusia, keadaan yang menunjukkan gagasan yang illusif. Delusia berhubungan erat dengan illusi. Penderita mempunyai keyakinan yang kuat tentang sesuatu, tetapi keyakinan yang kuat sama sekali tidak menurut keyataan.
Obsesia, pengepungan. Penderita seolah – olah dikepung atau dicengkram oleh pikiran – pikiran tertentu yang tidak masuk akal (tidak logis). Makin besar usaha untuk melepaskan diri, makin besar pula gangguan pikiran yang mencengkram.
Kesalahan penalaran ada dua macam:
Kesalahan Penalaran induktif, berupa :
a.kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,
b.kesalahan penilaian hubungan sebab-akibat,
c.kesalahan analogi.
2. Kesalahan deduktif dapat disebabkan :
kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi;
kesalahan karena adanya term keempat;
kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak dibatasi; dan
kesalahan karena adanya 2 premis negatif.
Fakta atau data yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar.
Pengertian dan contoh salah nalar :
Gagasan,
pikiran,
kepercayaan, simpulan yang salah, keliru, atau cacat.
Dalam ucapan atau tulisan kerap kali kita dapati pernyataan yang mengandung kesalahan. Ada kesalahan yang terjadi secara tak sadar karena kelelahan atau kondisi mental yang kurang menyenangkan, seperti salah ucap atau salah tulis misalnya.
Ada pula kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan, disamping kesalahan yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Kesalahan yang kita persoalkan disini adalah kesalahan yang berhubungan dengan proses penalaran yang kita sebut salah nalar. Pembahasan ini akan mencakup dua jenis kesalahan menurut penyebab utamanya, yaitu kesalahan karena bahasa yang merupakan kesalahan informal dan karena materi dan proses penalarannya yang merupan kesalahan formal.
Gagasan, pikiran, kepercayaan atau simpulan yang salah, keliru, atau cacat disebut sebagai salah nalar.
Berikut ini salah nalar yang berhubungan dengan induktif, yaitu :
A. Generelisasi terlalu luas
Contoh : perekonomian Indonesia sangat berkembang
B. Analogi yang salah
Contoh : ibu Yuni, seorang penjual batik, yang dapat menjualnya dengan harga terjangkau. Oleh sebab itu, ibu Lola seorang penjual batik, tentu dapat menjualya dengan harga terjangkau.
Jenis – jenis salah nalar
Deduksi yang salah : Simpulan dari suatu silogisme dengan diawali premis yang salah atau tidak memenuhi persyaratan.
contoh :
Kalau listrik masuk desa, rakyat di daerah itu menjadi cerdas.
Semua gelas akan pecah bila dipukul dengan batu.
Generalisasi terlalu luas
Salah nalar ini disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh :
Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan menjadi manusia Pancasilais sejati.
Anak-anak tidak boleh memegang barang porselen karena barang itu cepat pecah.
Pemilihan terbatas pada dua alternatif
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan jawaban yang ada.
Contoh :
Orang itu membakar rumahnya agar kejahatan yang dilakukan tidak diketahui orang lain.
Penyebab Salah Nalar
Salah nalar ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran maksud.
Contoh:
Broto mendapat kenaikan jabatan setelah ia memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya.
Anak wanita dilarang duduk di depan pintu agar tidak susah jodohnya.
Analogi yang Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang menganalogikan sesuatu dengan yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi yang lain.
Contoh:
Anto walaupun lulusan Akademi Amanah tidak dapat mengerjakan tugasnya dengan baik.
Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh:
Program keluarga berencana tidak dapat berjalan di desa kami karena petugas penyuluhannya memiliki enam orang anak.
Konsep dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen. Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen.
Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis. Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi.
Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
3. Kesimpulan dan Saran
Jadi, maksud dari penalaran adalah untuk menemukan kebenaran. Dan Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi :
Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar