Selasa, 13 Maret 2012

Definisi HardskiLL



1.  Latar Belakang


      Berdasarkan data yang diadopsi dari Havard School of Bisnis, kemampuan dan keterampilan yang diberikan di bangku pembelajaran, 90 persen adalah kemampuan teknis dan sisanyasoft skill. Padahal, yang nantinya diperlukan untuk menghadapi dunia kerja yaitu hanya sekitar 15 persen kemampuan hard skill. Dari data tersebut, lanjutnya, dapat menarik benang merah bahwa dalam memasuki dunia kerja soft skill-lah yang mempunyai peran yang lebih dominan. Lalu apakah soft skill dan hard skill itu?
Menurut Jessica Hollbrook hard skills diartikan sebagai processes, procedures, industry specific jargon and are easy to measure and quantify. They are terms such as; account management, talent acquisition and development, client retention, data management, project management, accounts receivable and payable, product support, and new business development.
Personal and interpersonal behaviors that develop and maximize human performance (e.g., coaching, team building, decision making,initiative). Soft skills do not include technical skills, such as financial, computer, quality, or assembly skills.

2. Definisi  HardSkiLL

    Wikipedia menuliskan pengertian Soft Skill dan Hard Skill sebagai berikut :
Soft skills is a sociological term which refers to the cluster of personality traits, social graces, facility with language, personal habits, friendliness, and optimism that mark people to varying degrees. Soft skills complement hard skills, which are the technical requirements of a job.
Sementara ada yang mendefinisikan Hard Competence sebagai berikut :
The hard competence referring to job-specific abilities, and relevance will be about specific knowledge relating to “up to date” systems.

Ada yang menyebut Hard Competence sebagai Hard Skill atau Technical Competence atau Functional Competence, dan memberikannya pengertian sebagai berikut :
Functional competence refers to the ability to accomplish job purposes in a system.
Rasanya tak salah, kalau penulis membuat definisi sendiri tentang Soft Skill atau Soft Competence serta Hard Skill atau Hard Competence ini :
Ada hadits Nabi yang berbunyi :
Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad)
Hadits ini sudah cukup mewakili perpaduan yang serasi antara Soft Competence dan Hard Competence dalam diri seseorang.
Dalam hadits itu, soft competence menjadi core (inti) setiap tindakan, termasuk karya dan keterampilan, yang merupakan hard competence yang bersifat spesifik dan khas di tiap orangnya.
Banyak sekali hadits Nabi yang menempatkan usaha seseorang di bidangnya (hard competence) dalam bingkai soft competence :
Sesungguhnya Ruhul Qudus (malaikat Jibril) membisikkan dalam benakku bahwa jiwa tidak akan wafat sebelum lengkap dan sempurna rezekinya. Karena itu hendaklah kamu bertakwa kepada Allah dan memperbaiki mata pencaharianmu. Apabila datangnya rezeki itu terlambat, janganlah kamu memburunya dengan jalan bermaksiat kepada Allah karena apa yang ada di sisi Allah hanya bisa diraih dengan ketaatan kepada-Nya. (HR. Abu Zar dan Al Hakim)
Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah. (HR. Ahmad)
Itulah mengapa sebenarnya, pelatihan soft competence SEHARUSNYA menjadi BUKAN menjadi materi pelatihan, tetapi filosofi pelatihan. Contoh misalnya, jika anda mengadakan pelatihan jurnalistik, yang dilatih seharusnya adalah bagaimana mengolah bahasa pemberitaan, bagaimana melakukan manajemen isu, bagaimana optimasi jaringan pemberitaan – misalnya – BUKAN malah diberikan ceramah motivasi tentang pentingnya jurnalisme Islam atau motivasi menjadi jurnalis dan semacamnya.
Pembelajaran soft competence seharusnya dilakukan secara intensif lewat pembelajaran personal (tarbiyah dzatiyah) dengan membuka pintu selebar-lebarnya bagi nasehat “spiritual” dari berbagai macam guru, termasuk guru “kehidupan”.
Ustadz vs Trainer
Izinkan saya membaginya menjadi 2 (dua) macam, berdasarkan jenis pengajarannya, jika yang dimaksudkan adalah ustadz dalam terminologi ahli agama di masyarakat umum.
a. Jika yang diajarkan adalah materi-materi furu’ (cabang), semacam fiqh ibadah, tafsir Quran, maka sesungguhnya ia menyentuh tataran hard competence, yang membutuhkan kelas terkurikulum, dan terbuka untuk ruang kajian yang lebih luas. Sang ustadz yang menjadi pengajarpun sesungguhnya mesti belajar tentang hal yang diajarkannya, tidak sembarang tebak karena memang ada teori yang telah dibangun oleh ilmuwan-ilmuwan di bidang tersebut.
b. Jika yang diajarkan adalah nasehat-nasehat keagamaan, maka itulah yang disebut soft competence. Kebijaksanaan yang timbul setelah mendengar ceramah sebenarnya adalah proses internalisasi yang terjadi di diri seseorang, bukan karena “diajarkan” oleh sang ustadz.
Dengan Analogi seperti itu, tentu anda bisa menarik equivalensinya dengan trainer yang tampil di depan kelas …
Hard skills merupakan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Sementara itu, soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal (Dennis E. Coates, 2006).
Menurut Ramdhani (2008) Soft skill sering juga disebut keterampilan lunak adalah keterampilan yang digunakan dalam berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain. Secara garis besar keterampilan ini dapat dikelompokkan ke dalam:
1. Process Skills
2. Social Skills
3. Generic Skills
Contoh lain dari keterampilan-keterampilan yang dimasukkan dalam kategori soft skills adalah integritas, inisiatif, motivasi, etika, kerja sama dalam tim, kepemimpinan, kemauan belajar, komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel, komunikasi lisan, jujur, berargumen logis, dan lainnya. Keterampilan-keterampilan tersebut umumnya berkembang dalam kehidupan bermasyarakat.
Soft skills didefinisikan sebagai ”Personal and interpesonal behaviors that develop and maximize human performance (e.g. coaching, team building, initiative, decision making etc.) Soft skills does not include technical skills such as financial, computing and assembly skills “. (Berthal). Softskills adalah ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri). Atribut soft skills, dengan demikian meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap. Atribut softskills ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap. Namun, atribut ini dapat berubah jika yang bersangkutan mau merubahnya dengan cara berlatih membiasakan diri dengan hal-hal yang baru.
Di Indonesia belum ada dokumen resmi untuk memberikan informasi atribut soft skills apa yang dibutuhkan oleh dunia kerja atau dunia usaha, Beberapa lembaga pendidikan/perguruan tinggi, lembaga konsultan SDM dan beberapa acara diskusi terbatas di DIKTI telah menghasilkan rumusan atribut soft skills yang bervariasi di dunia pekerjaan. Misalnya, hasil Tracer Study yang dilakukan oleh Departemen (dulu jurusan) TeknologiIndustri Pertanian IPB tahun 2000, menyatakan bahwa atribut jujur, kerjasama dalam tim, integritas, komunikasi bahwakan rasa humor sangat diperlukan dalam dunia kerja.
Penulis buku-buku serial manajemen diri, Aribowo, membagi soft skills atau people skillsmenjadi dua bagian, yaitu intrapersonal skills dan interpersonal skills. Intrapersonal skills adalah keterampilan seseorang dalam ”mengatur” diri sendiri. Intrapersonal skills sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulai berhubungan dengan orang lain. Adapun Interpersonal skills adalah keterampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain. Dua jenis keterampilan tersebut dirinci sebagai berikut:
Intrapersonal Skill
• Transforming Character
• Transforming Beliefs
• Change management
• Stress management
• Time management
• Creative thinking processes
• Goal setting & life purpose
• Accelerated learning techniques
Interpersonal Skill
• Communication skills
• Relationship building
• Motivation skills
• Leadership skills
• Self-marketing skills
• Negotiation skills
• Presentation skills
• Public speaking skills
Dari deskripsi diatas maka dapat ditarik kesimpulan ;
Hard skill adalah penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Sedangkan soft skill adalah ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri). Semua profesi membutuhkan keahlian (hard skill) tertentu akan tetapi semua profesi memerlukan soft skill.

3. Kesimpulan

    Hard Skill adalah skill yang berdasarkan bidang yang betul-betul dia menjadi pakar di dalamnya. contohnya jika dia adalah seorang ekonom, maka dia seharusnya menguasai konsep-konsep atau teori-toeri tentang ilmu ekonomi serta dapat melakukan analisa terhadap persoalan-persoalan yang menjadi kepakaran dia.
Sumbernya :
http://hafismuaddab.wordpress.com/2010/02/13/pengertian-soft-skill-dan-hard-skill/
http://rezaervani.wordpress.com/2008/06/21/apa-beda-soft-skill-dan-hard-skill/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar